-->

My self love #1 - Kenapa saya berhenti dari instagram



Well, sudah beberapa waktu ini aku memutuskan untuk secara sementara menghapus akun Instagramku. Tidak secara tiba-tiba, sudah dari lama rencana ini difikirkan, tapi aku butuh waktu yang cukup panjang untuk melakukan sesuatu.

Terlihat sepele bagi orang-orang yang tidak aktif menggunakan social media. Namun ini menjadi cukup sulit bagi mereka yang aktif menggunakan social media, termasuk aku yang memang menjadikan instagram sebagai social media yang paling sering aku gunakan.

Awalnya aku menggunakan social media sebagai platform sharing kegiatanku kuliah dan ketertarikan ku soal fashion, sekitar 6 tahun lalu- sebelum Instagram menjadi se-impactful-sekarang. Aku sering memposting beberapa design ku dan caraku mengolah kain untuk menjadi baju tanpa di jahit. Beberapa aku selingi dengan foto-foto ku bersama teman-teman kampus dan ambisiku menjadi seorang designer, hahaha. Kebetulan waktu itu aku sedang mengerjakan usaha kecil kecilan di bidang fashion,jadi Instagram aku gunakan untuk media promosi.

Kemudian Instagram mulai berkembang, menjadi sarana promosi hingga sekarang sangat penting bagi dunia bisnis. Otomatis aku semakin tidak bisa terlepas dari social media ini. Keinginanku bekerja dengan designer tercapai dan Instagram lagi-lagi menjadi digital diary mimpi-mimpi yang selama ini aku post. Selain itu, job desk ku untuk me-mantain social media waktu itu membuat ku semakin aktif.

Sekarang, Aku tidak secara langsung bersentuhan dengan social media di pekerjaanku, namun aku tetap mengawasi dan membuat strategi kontennya. Tentu sulit untuk aku menghapus social media ini.
Keinginanku untuk membuka akun pribadi terus menerus muncul. Seperti sudah menjadi rutinitas wajib untuk mengecek social media setiap menit.

Pikiran untuk mencoba puasa dari instagram ini muncul ketika aku sedang Group online les bahasa inggris dimana aku berbicara dengan beberapa orang dari negara lain. Kami membicarakan mengenai social media dan rata-rata mereka membuka social media mereka seminggu sekali atau sehari selama 2 jam. Aku cukup kaget, karena setiap hari aku membuka social media hampir setiap menit.
Kemudian aku sempat membaca beberapa artikel mengenai dampak negatif social media, aku setuju dengan beberapa pointnya yang juga aku pribadi alami selama ini.

Aku memang berusaha menggunakan Social media ku dengan cukup bijak, aku mengatur konten yang ingin aku sebar. Aku fokus dengan hobby ku yang aku bagi disocial media. Aku sering memposting foto-foto liburan, hal-hal yang berbau art, cover lagu menggunakan piano ku dan aktifitas melukisku. Aku mengatur kontenku karna followersku tidak hanya teman-teman atau rekan kerja, melainkan adik sepupu dan ponakan sehingga aku merasa punya tanggung jawab untuk memberikan konten-konten bermanfaat di social media.

Aku senang mengambil moment dan membuat video, sehingga aku juga sering memposting beberapa video-video editanku. Sejauh itu sebenarnya tidak ada masalah dari segi konten. Hanya saja yang jadi masalah adalah intensitas penggunaan social media dan keinginan untuk menjadi seseorang yang kepo dengan kehidupan orang lain. Benar, jika social media kadang membuat kita merasa diri kita worthless. Karena kita melihat kehidupan orang lain dan merasa diri kita tidak ada perkembangan. Temanku pernah mengatakan betapa dia merasa bahwa kehidupanku menyenangkan, karena dia mengukur nya dari postingan instagram. Secara tidak sadarpun, aku juga berfikir seperti itu, aku berfikir hidupnya menyenangkan dan aku nggak..memang ya,.rumput tetangga terlihat lebih hijau dari rumput sendiri hehe..

Akhirnya aku memulai beberapa metode sebagai proses ku mengurangi intensitas penggunaan social mediaku.

Pertama, aku mulai dengan membuat akun baru, ini adalah akun khusus ku membagikan hobby melukisku. Aku tidak follow siapapun yang aku kenal, yang aku follow adalah orang-orang yang juga suka melukis, memiliki ketertarikan sama atau bekerja dibidang art.
Aku merasa memiliki dunia baru, sejauh yang aku pantau adalah tips dan trik melukis, bagaimana metode para ilustrator dan project-project apa yang sedang mereka kerjakan.
Namun, nyatanya aku masih berkeinginan untuk membuka akun pribadiku.

Kedua, aku coba menggunakan pilihan muted pada instagram. Dimana aku mute semua postingan akun-akun yang menurutku tidak perlu aku lihat di akun pribadiku. Mulai dari postingan hingga igstory mereka, berjalan cukup baik menurutku. Setiap aku membuka akun instagram, yang aku perhatikan adalah akun-akun yang menurutku memberikanku manfaat untuk di lihat.

Aku nggak berhenti sampai disitu. 1 minggu lalu akhirnya aku putuskan untuk menghapus sementara akun pribadiku. Setelah berhasil melalui beberapa proses tadi, aku akhirnya mulai untuk tidak menggunakan akun pribadi. Aku masih meng-install instagram, karena tanggung jawabku untuk terus memperhatikan perkembangan social media brand tempatku bekerja. Selain itu aku juga harus terus melihat trend-trend baru yang muncul, apa yang sedang viral dan perubahan-perubahan lainnya di social media.

 Aku tidak bisa terlepas 100% tapi selama 1 minggu ini aku merasakan cukup perubahan, dimana aku lebih fokus dengan hal-hal yang lebih realistis dan bermanfaat ketimbang scrolling instagram orang lain yang nggak memberikan manfaat.

Oh iya,
aku juga memiliki misi untuk membaca beberapa buku selama puasa akun instagram pribadiku ini.

semoga berhasil !!
LihatTutupKomentar